Rs Minimal White.css- Hotel BI Executive
Pesan Kamar
KATEGORI
Wisata Budaya Tionghoa di Jakarta
Articles 15 Jan 2019
Etnis Tionghoa adalah salah satu etnis di Indonesia yang asal usul leluhur mereka berasal dari Tiongkok (China). Etnis Tionghoa awalnya masuk ke Indonesia melalui kegiatan dagang. Para pedagang dari Tiongkok datang ke Indonesia dengan membawa berbagai macam barang dagangan untuk diperjualbelikan di Indonesia. Para pedagang ini kemudian banyak yang menetap dan menikahi wanita setempat, bahkan banyak juga yang datang memboyong keluarga besarnya untuk tinggal menetap di Indonesia.

Dikarenakan awal mulanya etnis tionghoa ini adalah pedagang yang datang melalui kapal laut, maka banyak yang bermukim di sekitar laut / pelabuhan tempat mereka berlabuh. Di Jakarta sendiri ada beberapa tempat yang sampai saat ini masih kental terasa budaya etnis tionghoanya. 

Jika Bixers sedang berkunjung ke Jakarta, tidak salahnya untuk mengunjungi beberapa tempat dimana kita masih bisa melihat budaya Tionghoa di Jakarta.

1. Jakarta Chinatown (Glodok)


image credit republika.co.id



GLODOK adalah “China Town”-nya Jakarta.  Pesona dunia timur daratan Tiongkok masih dapat dinikmati di pecinan Glodok-Pancoran yang merupakan museum hidup salah satu komunitas tertua di Jakarta. Glodok-Pancoran dan kawasan sekitar adalah Tang Ren Jie atau pecinan yang menjadi urat nadi perekonomian Jakarta, bahkan di Indonesia hingga dekade 1990-an.
 

Berbagai grosir besar hingga pedagang eceran dapat ditemui di kawasan yang membentang hingga wilayah Pinangsia (dahulu Financieren, pusat keuangan-Red) di timur, Perniagaan, Pasar Pagi, Asemka, dan Bandengan (dahulu Bacheragracht-Red) di utara.



image credit tanamanobatherbalinfo.blogspot.com

Selain tempat belanja, Glodok juga terkenal tempat berkumpulnya Para sinse atau tai fu (dokter Tionghoa). Puluhan toko obat tradisional Tionghoa berjajar di rumah toko di kedua sisi jalan Pancoran. Obat-obatan yang diramu dari tumbuhan, hewan, serangga, cacing, dan rendaman arak dapat dibeli di sini. Para sinse atau tai fu (dokter Tionghoa) juga menyediakan jasa memeriksa parapasien yang datang. Pengunjung yang datang juga tidak melulu orang Tionghoa, tetapi juga suku bangsa lain banyak yang berobat atau sekadar membeli ramuan untuk perawatan kesehatan di Pancoran.




2. Pasar Baru



image credit bisniswisata.co.id

Ya, Pasar Baru adalah salah satu pusat perdagangan tertua di Jakarta. Menghiasi Batavia sejak 1820 silam, Pasar Baru kini hampir berusia dua abad. Kawasan yang dulu dinamai Passer Baroe itu sudah menampakkan kegagahan sekaligus kekunoannya lewat gapura yang menyambut pengunjung.

Hampir semua kebutuhan bisa ditemukan di Pasar Baru. Mulai dari alat dapur, jam tangan, sepatu, wallpaper, tas, hingga alat elektronik. Ada juga tekstil dan garmen sebagai dagangan andalannya.


image credit bisniswisata.co.id

Jika Bixers punya waktu untuk menelusuri gang-gang kecil di sana seperti Jalan Pasar Baru Dalam, kamu akan melihat banyak warga keturunan Tionghoa bercengkrama dan berdoa di kelenteng Sin Tek Bio yang beroperasi sejak abad 17. Toko-toko sepatu dan arloji di Pasar Baru juga dibesarkan oleh keluarga keturunan Tionghoa.

3. Gedung Candra Naya





image credit jakarta-tourism.go.id

Rumah kuno di Jalan Gajah Mada 188, tepatnya di dalam superblok Green City Square tersebut tampak rendah jika dibandingkan dengan bangunan hotel, apartemen, dan perkantoran yang mengelilinginya.

Namun, pada tahun 1800-an rumah yang kini dikenal dengan nama Gedung Candra Naya tersebut dipandang “tinggi” oleh masyarakat sekitar. Rumah tersebut adalah kediaman Mayor  China Khouw Kim An, pemimpin masyarakat Tionghoa di era pemerintahan Hindia-Belanda. 

4. Petak Sembilan


image credit mydairynote.blogspot.com

Tidak lengkap rasanya jalan-jalan tanpa wisata kuliner. Jika ingin menikmati makanan khas etnis Tionghoa di Jakarta, dimana lagi kalau bukan di petak sembilan. Pecinan Petak Sembilan terletak di sepanjang Jalan Kemenangan III 13, Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat. Jika tertarik untuk menjelajah Pecinan Petak Sembilan, Anda disarankan untuk melakukannya dengan berjalan kaki. Selain agar tidak menimbulkan kemacetan, Anda juga dapat lebih bebas mengeksplor beberapa area menarik yang ada di sana. Di sepanjang jalan, Anda akan mendapati banyak pernak-pernik lampion merah, apalagi sebentar lagi Tahun Baru Imlek, pasti meriah sekali.


image credit mydairynote.blogspot.com

Untuk pergi makan, silakan masuk ke Gang Gloria, tempat berbagai jenis kuliner dijual. Pilihannya pun cukup lengkap, mulai dari daging, sayuran, vegetarian, hingga chinese food, semuanya dapat ditemukan di berbagai warung dan depot di sana. Bagi umat muslim, Anda harus sedikit berhati-hati karena masakan olahan babi menjadi salah satu menu yang mendominasi kuliner di Gang Gloria.



Bagi penikmat kopi tidak boleh melewatkan kopi es Tak Kie yang hanya terletak beberapa meter saja dari bibir gang. Tempatnya tak terlalu besar. Tak ada papan nama yang megah. Bagian depannya malah tertutupi oleh gerobak penjual Sekba dan Bektim (makanan dari jerohan babi). Sangat sederhana untuk sebuah kedai kopi yang sudah berdiri sejak tahun 1927. 

Setelah keliling menikmati budaya Tionghoa di Jakarta, kini saatnya untuk beristirahat. Letak BI Executive Hotel tidaklah jauh dari lokasi - lokasi di atas sehingga tepat sekali jika Bixers bermalam di BI Executive Hotel. Dengan luas ranjangnya yang 2 x 2 M sangat cocok untuk Bixers yang jalan-jalan dengan keluarga.


© BI EXECUTIVE HOTEL. All rights reserved.